A. SEJARAH SUNGAI TONANG
Jauh sebelum Indonesia merdeka, terdapat di negeri Kampar (Kabupaten Kampar) yakni kenegrian Air tiris diantara kampung yang ada dibawah kenegrian Air Tiris adalah kampung Muara Jalai. Kampung Muara Jalai terbagi menjadi 3 yaitu : Muara jalai, Sungai Tonang, Padang Tarap. Pada awalnya nama Sungai Tonang ialah Dusun Sungai Tanang yang merupakan bagian dari desa Muara Jalai. Seiring dengan perkembangannya dusun 2 Sungai Tonang dimekarkan dari desa Muara Jalai sesuai dengan Surat Keputusan Bupati Nomor:213/2001 Tanggal 22 oktober 2001 tentang penyerahan desa persiapan dalam kabupaten Kampar.
Sebelum menjadi desa defentif, Desa Sungai Tonang dipimpin oleh Pejabat Sementara (PJS) yaitu saudara Rosman Ramli sesuai dengan surat Keputusan Bupati Pati Kampar nomor:141/Pemdes/XII/255 tentang pengangkatan Pejabat sementara Kepala Desa Sungai Tonang Kecamatan Kampar, Kabupaten Kampar. Pada awalnya masa jabatan PJS hanya 2 tahun saja,namun karna telah diakuinya Desa Sungai Tonang sebagai desa persiapan maka masa jabatan PJS ditambah 2 tahun lagi. Selama masa jabatan PJS Kepala Desa Sungai Tonang lebih banyak menata kelembagaan kelompok Masyarakat tersebut walaupun masih bersifat sederhana, mulai dari pembagian regu yang nantinya berkembang menjadi dusun dan penataan kelompok-kelompok pertanian yang lain. Pada saat itu kegiatan kelompok Masyarakat ini banyak bekerja disektor pertanian dan pada kelompok kecil pada sektor Perkebunan.
Setelah menjadi desa Defenitif, maka diadakan Pemilihan Kepala Desa yang pertama kalinnya pada tanggal 24 September 2005 dan terpilih untuk menjabat sebagai Kepala Desa Adalah Saudara Rosman Ramli dengan masa jabatan 6 tahun, yang terhitung sejak 15 Desember 2005 hingga 15 Desember 2011. Selanjutnya, setelah habis periode masa pemerintah Saudara Rosman Ramli, Masyarakat desa Sungai Tonang memilih pemimpin baru untuk kedua kalinnya pada tahun 2012 yang mana pemelihan tersebut dimenangkan oleh saudara H.Suhaimi, Pemilihan Kepala Desa dilakukan secara langsung dan diikuti oleh dua orang calon.
Dan pemilihan ketiga kalinya dilakukan pada tahun 2018, pemilihan kali ini dilakukan serentak dikabupaten Kampar yang termasuk salah satunya desa Sungai Tonang yang dilakukan secara langsung yang diikuti oleh 5 orang calon,dan pada akhirnya dimenangkan oleh saudara Yeni Rahman, S.Sos yang menjabat hingga kini.
Dusun Sungai Tonang dibagi menjadi 2 dusun, yaitu sebagai berikut:
1 . Dusun I Sungai Tonang
2 . Dusun II Sungai Tonang
Dimana dari dua dusun tersebut terdapat pula RW dan RT yang sudah dibagi-bagi menjadi 5 RW dan 10 RT,yaitu sebagai berikut:
- Dusun I Sungai Tonang terdiri dari:
- RW 01 Dusun I Sungai Tonang yang terdiri dari dua RT:
- RT 01 RW 01 Dusun I Sungai Tonang
- RT 02 RW 01 Dusun I Sungai Tonang
- RW 02 Dusun I Sungai Tonang yang terdiri dari dua RT:
- RT 01 RW 02 Dusun I Sungai Tonang
- RT 02 RW 02 Dusun I Sungai Tonang
- RW 03 Dusun I Sungai Tonang yang terdiri dari dua RT:
- RT 01 RW 03 Dusun I Sungai Tonang
- RT 02 RW 03 Dusun I Sungai Tonang
- Dusun II Sungai Tonang Terdiri dari:
- RW 01 Dusun II Sungai Tonang yang terdiri dari dua RT:
- RT 01 RW 01 Dusun II Sungai Tonang
- RT 02 RW 01 Dusun II Sungai Tonang
- RW 02 Dusun II Sungai Tonang yang terdiridari dua RT:
- RT 01 RW 01 Dusun II Sungai Tonang
- RW 02 RW 02 Dusun II Sungai Tonang
Berikut daftar nama yang pernah menjabat sebagai Kepala Desa Sungai Tonang:
- Tahun 2001-2005 Rosman Ramli sebagai PJs.Kepala Desa Persiapan
- Tahun 2005-20011 Rosman Ramli sebagai Kepala Desa
- Tahun 2012-2018 H.Suhaimi sebagi Kepala Desa
- Tahun 2018- saat ini Yeni Rahman sebagai kepala Desa
Desa Sungai Tonang berbatasan langsung dengan beberapa desa tetangga diantaranya: Disebelah utara berbatasan dengan Desa Bukit Sembilan, Kecamatan Bangkinang, disebelah Timur berbatasan dengan Sungai Kampar dan Desa Muara Jalai, Kecamatan Kampar Utara, disebelah Selatan berbatasan dengan Sungai Kampar serta disebalah barat berbatasan langsung dengan Desa Pulau Lawas, kecamatan Bangkinang. Desa Sungai Tonang memiliki luas 1.025 Hektar (10.250.000m2)
B. DATA POPULASI DESA SUNGAI TONANG
|
Jumlah KK |
1.718 |
|
Jumlah Rumah |
1.481 |
|
Jumlah Laki-Laki |
1.476 |
|
Jumlah Perempuan |
1.419 |
|
Total Penduduk |
2.895 Jiwa |
C. LEMBAGA-LEMBAGA DESA
- Kepala Desa: Yeni Rahman S., Sos
- BPD (Badan Pemusyawaratan Desa)
|
Ketua |
: |
Khairul Anwar S., Ag |
- LPM (LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT)
|
Ketua |
: |
Ujang Kasmadi |
- PEMBINA KESEJAHTERAAN KELUARGA (PKK)
|
Ketua |
: |
Rita S., Pd |
|
Sekretaris |
: |
Wirdatul Jannah., SE |
- BUMDES
- RUKUN WARGA (RW)
- RUKUN TETANGGA (RT)
D. ORGANISASI KEMASYARAKATAN
- PPDS (PERSATUAN PEMUDA DESA SUNGAI TONANG)
|
Ketua |
: |
Fauzi Chandra |
|
Wakil Ketua |
: |
Ahmad Raihan |
|
Sekretaris |
: |
Rohimi S., Pd |
|
Bendahara |
: |
Hendri Akmal |
|
Humas |
: |
Sukriadi & Rismandianto |
- REMASTA (REMEJA MASJID) SUNGAI TONANG
E. POTENSI DESA
1. Potensi Perkebunan
|
PERKEBUNAN SAWIT |
Desa Sungai Tonang memiliki sektor perkebunan dan pertanian yang cukup maju dan menjadi salah satu mata pencaharian masyarakat di desa Sungai Tonang. Untuk sektor perkebunan di desa Sungai Tonang didominasi oleh tanaman kelapa sawit yang dikelola baik oleh masyarakat. Masyarakat memanen sawit dua kali setiap bulan, menghasilkan puluhan ton. Ini menunjukkan produktivitas tinggi dan suburnya lahan di daerah tersebut. Selain kelapa sawit, tanaman karet juga menjadi komoditas penting yang hasilnya juga banyak setiap tahunnya dan menjadi sumber mata pencaharian para petani.
|
PERKEBUNAN KARET |
Tidak hanya sawit dan karet, di Desa Sungai Tonang juga terdapat tanaman kakao dengan luas lahan lebih kurang 1 Ha. Meskipun luasnya belum sebesar komoditas utama lainnya, tanaman kakao tetap memberikan tambahan nilai ekonomi bagi petani setempat dan menunjukkan potensi pengembangan yang masih terbuka ke depannya. Sebagian besar lahan perkebunan dan pertanian itu dikelola secara langsung oleh masyarakat setempat, sehingga kegiatan perkebunan dan pertanian benar-benar menjadi bagian dari kehidupan masyarakat.
Secara keseluruhan, luas lahan perkebunan di desa ini diperkirakan mencapai kurang lebih 125 Ha, menjadikan sektor perkebunan sebagai salah satu potensi unggulan yang terus dikembangkan untuk mendukung kemajuan ekonomi desa.
2. Potensi Pertanian
Selain di sektor perkebunan, Desa Sungai Tonang juga memiliki potensi besar di sektor pertanian. Luas lahan pertanian di desa ini mencapai sekitar 46 Ha, dengan komoditas utama berupa tanaman padi. Pertanian padi di Desa Sungai Tonang mengalami perkembangan yang cukup baik dari tahun ke tahun. Bahkan pada tahun 2021, hasil panen padi meningkat setelah terjadinya banjir yang justru berdampak positif terhadap tingkat kesuburan tanah. Hal ini menunjukkan kemampuan masyarakat Desa Sungai Tonang dalam beradaptasi terhadap kondisi alam dan memanfaatkannya untuk meningkatkan hasil pertanian.
|
SAWAH |
Selain tanaman padi, masyarakat juga menanam berbagai jenis tanaman palawija seperti kacang-kacangan, jagung, dan tanaman pangan lainnya. Namun, luas lahan untuk tanaman palawija ini tergolong kecil, yakni tidak sampai 1 Ha. Selain itu, di Desa Sungai Tonang terdapat sekitar 2 Ha lahan kosong yang belum diusahakan dan memiliki potensi untuk dikembangkan di masa mendatang. Adapun luas lahan pemukiman di desa ini mencapai sekitar 10.250.000 meter persegi atau sekitar 10,25 kilometer persegi (setara dengan 1.025 Ha). Kawasan pemukiman ini menjadi tempat tinggal masyarakat sekaligus pusat berbagai kegiatan sosial, ekonomi, dan pemerintahan desa. Dengan kondisi lahan yang subur dan pengelolaan yang terus ditingkatkan, sektor pertanian Desa Sungai Tonang memiliki peluang besar untuk berkembang dan terus berkontribusi terhadap kemajuan ekonomi desa.
3. Potensi Peternakan
Salah satu potensi ekonomi Desa Sungai Tonang yang mulai berkembang adalah peternakan. Beberapa warga desa memelihara ternak, terkhususnya sapi, untuk keperluan pribadi dan sebagai sumber pendapatan tambahan. Meskipun peternkan ini masih dilakukan secara tradisional, terdapat potensi besar untuk berkembang lebih lanjut.
Bidang peternakan di Desa Sungai Tonang memiliki prospek yang baik untuk berkembang menjadi bisnis yang produktif dan berkelanjutan berkat kondisi alam yang mendukung, tersedianya lahan hijau sebagai sumber pakan, dan minat masyarakat yang besar. Pengembangan sektor ini diharapkan dapat meningkatkan kersejahteraan masyarakat dan memperkuat perekonomian desa di masa mendatang.
4. Potensi Kesenian
Potensi seni dan kebudayaan Desa Sungai Tonang masih dijaga dan dilestarikan oleh masyarakatnya. Kerajinan tradisional merupakan bagian penting dari kehidupan sosial warga karen selain berfungsi sebagai hiburan, mereka juga berfungsi sebagai media untuk mempererat hubungan dan mempertahankan nilai-nilai budaya lokal.
a. Kesenian tradisional Gubano
Kesenian Gubano adalah tradisi yang biasa ditampilkan pada acaea adat, peringatan hari besar, dan kegiatan desa. Irama tabuhan yang unik serta gerak tari yang dinamis menjadi ciri khas kesenian ini, ciri khas gubano di Desa Sungai Tonang adalah keterlibatan bapak-baoak sebagai anggota utamanya. Selain berfungsi sebagai hiburan, Gubano juga membantu warga laki-laki bersatu dan menumbuhkan rasa cinta terhadap budaya lokal. Kelompok Gubano berkontribusi pada pelestarian budaya lokal melalui latihan teratur dan penampilan di berbagai acara.
b. Rebana Al Hidayah
Selain itu, ada juga Rebana Ibu-Ibu yang didirikan pada akhir tahun 2019 dan telah berdiri lebih kurang selama 6 (enam) tahun. Kelompok ini aktif dalam kegiatan keagamaan dan sosial. Kelompok rebana ini terus tampil di berbagai kegiatan diantaranya pengajian, peringatan hari besar Islam, malam aqikah, khitanan, malam pengantin tepung tawar, penyambutan umroh, dan lain-lain. Melalui kesenian rebana ini, para ibu mempertahankan budaya religius dan peran perempuan dalam menjaga keharmonisan dan nilai-nilai spiritual di masyarakat.
Selain kedua kesenian tersebut, ada juga kesenian Bersanji yang cukup populer di kalangan Desa masyarakat Sungai Tonang. Namun seiring berjalannya waktu, kesenian ini mulai berkurang dan memudar di masyarakat Desa Sungai Tonang, meskipun masih ada beberapa warga yang berusaha untuk melestarikannya.
5. Potensi Budaya
a. Balimau Kasai
Balimau Kasai adalah tradisi masyarakat Kampar (Riau) yang dilakukan menjelang bulan Ramadhan sebagai bentuk penyucian diri, baik lahir maupun batin, sebelum memasuki bulan suci tersebut. Kata “balimau” berasal dari kata limau (jeruk), sedangkan “kasai” artinya membersihkan diri atau keramas. Secara harfiah, balimau kasai berarti mandi dan keramas menggunakan air yang dicampur jeruk limau, yang dimana makna dari kasai adalah mensucikan diri dari kotoran dan dosa kecil sebelum beribadah puasa. Balimau kasai dipercayai oleh masyarakat sebagai upaya Membersihkan diri secara lahiriah, mandi menggunakan air limau dipercaya dapat menghilangkan bau badan dan menyegarkan tubuh. Sedangkan Secara Membersihkan batiniah , simbol tobat dan persiapan hati untuk menyambut bulan suci Ramadhan. Dan tradisi ini sering dilakukan bersama keluarga, tetangga, dan masyarakat kampung secara gotong royong.Biasanya dilaksanakan sehari atau dua hari sebelum puasa Ramadhan dimulai. Masyarakat berkumpul di sungai, danau, atau tempat pemandian umum untuk melakukan balimau bersama.
b. Basiacung
Basiacung adalah salah satu tradisi lisan masyarakat Kampar (Riau) yang berbentuk pantun berbalas antara dua pihak, biasanya antara pemuda dan pemudi. Tradisi ini dilakukan sebagai sarana perkenalan, hiburan, serta ajang adu kepandaian berbahasa dan berpantun. Kata “sacung” dalam bahasa Ocu (bahasa daerah Kampar) berarti berbalas pantun, sehingga basiacung dapat diartikan sebagai kegiatan saling berbalas pantun. Dalam pelaksanaannya, basiacung dilakukan dengan penuh sopan santun, menggunakan bahasa yang halus, berirama, dan sarat makna kiasan. Biasanya dilakukan pada acara adat, pertemuan muda-mudi, pesta rakyat, atau penyambutan tamu kehormatan. Tradisi basiacung telah ada sejak zaman nenek moyang masyarakat Kampar, bahkan sebelum masa penjajahan. Awalnya, basiacung menjadi bagian dari adat dan budaya tutur masyarakat Melayu Kampar yang menjunjung tinggi nilai kesopanan, kebijaksanaan, dan kecerdasan dalam berbicara. Pada masa dahulu, basiacung digunakan oleh para pemuda untuk berkenalan atau menyampaikan perasaan kepada gadis pujaan dengan cara yang halus dan terhormat. Selain itu, tradisi ini juga menjadi media pendidikan sosial, di mana generasi muda belajar berpikir cepat, menghormati lawan bicara, serta menjaga tata krama melalui pantun. Seiring waktu, basiacung berkembang menjadi kesenian rakyat yang sering ditampilkan dalam upacara adat, festival budaya, dan kegiatan pemerintahan daerah. Tradisi ini kini juga dijaga dan dilestarikan sebagai bagian dari identitas budaya masyarakat Kampar, khususnya di daerah yang masih menggunakan bahasa Ocu.
c. Ziarah kubur di Kampar
Ziarah kubur di Kampar adalah kegiatan mengunjungi makam keluarga atau tokoh-tokoh agama dan adat dengan tujuan untuk mendoakan arwah mereka, membersihkan makam, serta mempererat tali silaturahmi antar keluarga dan masyarakat. Masyarakat Kampar menyebut kegiatan ini sebagai ziarah pusaro (pusaro berarti kuburan dalam bahasa Ocu). Tradisi ini biasanya dilakukan dengan penuh rasa hormat, khidmat, dan kebersamaan, karena dianggap sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur dan pengingat akan kematian. Biasanya ziarah kubur di Kampar dilakukan pada: Menjelang bulan Ramadan dikenal juga bersamaan dengan tradisi Balimau Kasai, yaitu membersihkan diri lahir dan batin sebelum memasuki bulan suci. Lalu di Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha, setelah salat hari raya. Dan di Hari-hari tertentu seperti menjelang upacara adat atau memperingati wafatnya seorang tokoh penting. Pelaksanaan ziarah kubur di Kampar dilakukan dengan langkah-langkah berikut:
- Membersihkan makam, menyiangi rumput dan merapikan tanah kuburan.
- Menabur bunga sebagai simbol kasih sayang dan penghormatan.
- Membacakan surah Yasin, Al-Fatihah, dan doa untuk arwah yang telah meninggal.
- Berkumpul bersama keluarga untuk mempererat tali persaudaraan dan saling memaafkan.
Kegiatan ini sering dilakukan secara beramai-ramai, mencerminkan nilai gotong royong dan kebersamaan masyarakat Kampar. Bagi masyarakat Kampar, ziarah kubur bukan sekadar ritual keagamaan, tetapi juga simbol hubungan antara yang hidup dengan yang telah tiada. Kegiatan ini menjadi momen introspeksi diri, memperbaiki hubungan antarsesama, serta memperkuat identitas budaya dan keislaman masyarakat Kampar.
d. Budaya pinang meminang
Budaya pinang meminang adalah salah satu tradisi adat Melayu Kampar (Riau) yang berkaitan dengan proses pernikahan. Tradisi ini merupakan tahapan awal dalam pernikahan adat Kampar, yaitu saat pihak keluarga laki-laki mengajukan lamaran secara resmi kepada keluarga perempuan. Dalam adat Kampar, pinang meminang bukan hanya sekadar meminta persetujuan untuk menikah, tetapi juga menjadi simbol kehormatan, kesopanan, dan penghargaan terhadap keluarga perempuan.
Tujuan utama dari tradisi ini diantaranya yaitu:
- Menjalin silaturahmi antara dua keluarga besar,
- Menyampaikan niat baik pihak laki-laki untuk melamar perempuan secara terhormat,
- Menentukan kesepakatan adat dan syarat pernikahan, seperti mas kawin, uang hantaran, dan waktu pernikahan,
- Menjaga martabat dan kehormatan kedua belah pihak agar tidak terjadi salah paham,
Proses atau Tahapan Pinang Meminang Dalam adat Kampar, dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu:
- Basiacung (Perkenalan): Tahap awal biasanya diawali dengan basiacung, yaitu tradisi berbalas pantun antara pemuda dan pemudi yang menjadi sarana perkenalan dan saling mengenal.
- Menimbang Rasa: Keluarga laki-laki secara tidak langsung mulai mencari tahu tentang calon gadis yang akan dipinang sifatnya, asal usul, dan latar belakang keluarganya.
- Mengantar Tanda (Meminang): Keluarga laki-laki datang ke rumah keluarga perempuan untuk menyampaikan maksud lamaran. Biasanya mereka membawa sirih pinang, kue, dan hantaran adat sebagai simbol niat baik.
- Musyawarah Adat: Kedua pihak membicarakan hal-hal penting seperti uang jujur (mahar), biaya adat, serta waktu akad dan pesta pernikahan. Dalam proses ini, ninik mamak (pemuka adat) berperan penting sebagai penengah dan penasihat.
- Menetapkan Hari Baik: Setelah lamaran diterima, ditetapkan hari baik untuk melangsungkan akad nikah dan pesta pernikahan adat.
Budaya pinang meminang di Kampar tidak hanya bermakna sebagai langkah menuju pernikahan, tetapi juga sebagai lambang kehormatan dan penghormatan terhadap perempuan. Melalui tradisi ini, masyarakat Kampar menegaskan bahwa pernikahan harus dilakukan dengan adat, kesantunan, dan restu keluarga, bukan sekadar karena cinta antara dua insan.
6. Potensi Ekonomi
Keberadaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDES), yang sekarang dikenal dengan BUMDESA Sungai Tonang Barokah merupakan salah satu potensi ekonomi utama Desa Sungai Tonang. BUMDES didirikan pada tahun 2016 untuk menunjukkan pemanfaatan dana desa untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui kegiatan ekonomi yang menguntungkan. Penyertaan sebesar Rp. 60 jt dari Dana Desa digunakan untuk modal awal BUMDES.
Penggemukan sapi adalah bisnis utama BUMDESA Sungai Tonang Barokah. Selain menghasilkan peningkatan keuntungan, kegiatan ini memiliki nilai sosial yang tinggi karena membantu masyarakat setempat. BUMDES membantu kelompok petani kecil di desa mem[eroleh kemampuan dan keterampilan untuk mengelola peternakan secara mandiri melalui program pelatihan.
BUMDES Sungai Tonang Barokah menunjukkan bahwa masyarakat Desa Sungai Tonang memiliki kemampuan untuk mengembangkan potensi ekonomi lokal melalui kerja sama dan gotong royong. BUMDES ini tidak hanya menghasilkan pendapatan baru, tetapi juga memainkan peran penting dalam menciptakan lapangan kerja, meningkatkan keterampilan masyarakat, dan meningkatkan kemandirian ekonomi desa. BUMDESA Sungai Tonang Barokah diharapkan terus berkembang dan menjadi pilar utama dalam pembangunan ekonomi Desa Sungai Tonang yang berkelanjutan berkat modal sosial yang kuat dan semangat kebersamaan warga.
buku profil desa sungai tonang ini disusun oleh KKN-MBKM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS RIAU
yang berjumlah 10 orang mahasiswa diantaranya:
- AMRI SAPUTRA
- ESRA CORNELIUS PANGARIBUAN
- FAIZ HABIBIE CHANDRA
- FAUZIAH AZURA
- HANI ALIFAH
- NASWA INDRIYANI
- RINDU MELANI
- SELA APRIANI
- TIARA PUSPITA SARI
- WA ODE NURDIANI MUSFIRAH